Di Sulawesi juga berdiri beberapa
kesultanan Islam pada abad ke-16. Kesultanan Islam yang terkenal adalah Goa dan
Tallo. Orang menyebutnya sebagai Kesultanan Makassar. Kedua kesultanan ini
sangat besar jasanya dalam penyebaran Islam di daerah Sulawesi Selatan
khususnya dan Sulawesi umumnya. Di samping kedua kesultanan tersebut juga ada Kesultanan
Bone, Wajo, Soppeng, dan Lawu.
Kesultanan Goa dan Tallo adalah kesultanan
merdeka yang makmur. Keduanya menjalankan politik bebas artinya bebas
berhubungan dengan pihak manapun atas dasar kerjasama yang saling menguntungkan.
Oleh karena itu, mereka menolak bekerja sama dengan Belanda yang hendak
memaksakan sistem monopoli perdagangan. Sultan Alaudin dari Goa menolak dengan
keras maksud Belanda tersebut.
Pada 1639 M Sultan Alaudin wafat.
Kesultanan diteruskan oleh anaknya, Muhammad Said. Sultan Muhammad Said meneruskan
kebijakan ayahnya yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Berkali-kali
Belanda datang menyodorkan kerja sama perdagangan tapi selalu ditolak.
Pada 1653 M Sultan Muhammad Said
wafat. Beliau digantikan oleh putranya, Hasanudin. Dalam menghadapi Belanda sikap
Sultan Hasanudin sama dengan sikap ayah dan kakeknya, yaitu sama-sama
anti-Belanda. Bahkan sikap Sultan Hasanudin lebih tegas lagi. Sultan Hasanudin
menyerang benteng Belanda.
Menghadapi serangan Sultan Hasanudin,
Belanda sangat kewalahan. Armada lautnya kocar kacir Pasukannya banyak yang
terbunuh dalam peperangan laut. Melihat keberanian dan kegigihan Sultan
Hasanudin demikian, Belanda memberi julukan kepadanya sebagai de Haav van de
Osten, artinya ayam jantan dari timur.
Untuk menghadapi perlawanan Hasanudin
yang gigih tersebut Belanda menggunakan politik adu domba, devide et impera.
Belanda membujuk Raja Bone, Aru Palaka agar menyerang Makassar. Aru Palaka termakan
bujuk rayu Belanda tersebut. Ia akhirnya menyerang Makassar dengan bantuan
Belanda.
Aru Palaka mau menyerang Makassar
karena dendam dan ambisi pribadi. Aru Palaka dan Hasanudin adalah raja yang
saling bersaing pengaruh dan berambisi memperluas kekuasaan. Dalam persaingan tersebut
Hasanudin lah yang menang. Aru Palaka dijadikan bawahan Hasanudin. Tampaknya
Aru Palaka tidak menerima perlakuan Hasanudin terhadap dirinya dan rakyat Bone
yang pernah dijadikan pekerja untuk membangun benteng di Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar