Sabtu, 23 November 2013

Kerajaan Islam di Pulau Sulawesi

Di Sulawesi juga berdiri beberapa kesultanan Islam pada abad ke-16. Kesultanan Islam yang terkenal adalah Goa dan Tallo. Orang menyebutnya sebagai Kesultanan Makassar. Kedua kesultanan ini sangat besar jasanya dalam penyebaran Islam di daerah Sulawesi Selatan khususnya dan Sulawesi umumnya. Di samping kedua kesultanan tersebut juga ada Kesultanan Bone, Wajo, Soppeng, dan Lawu.

Kesultanan Goa dan Tallo adalah kesultanan merdeka yang makmur. Keduanya menjalankan politik bebas artinya bebas berhubungan dengan pihak manapun atas dasar kerjasama yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, mereka menolak bekerja sama dengan Belanda yang hendak memaksakan sistem monopoli perdagangan. Sultan Alaudin dari Goa menolak dengan keras maksud Belanda tersebut.

Pada 1639 M Sultan Alaudin wafat. Kesultanan diteruskan oleh anaknya, Muhammad Said. Sultan Muhammad Said meneruskan kebijakan ayahnya yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Berkali-kali Belanda datang menyodorkan kerja sama perdagangan tapi selalu ditolak.
Pada 1653 M Sultan Muhammad Said wafat. Beliau digantikan oleh putranya, Hasanudin. Dalam menghadapi Belanda sikap Sultan Hasanudin sama dengan sikap ayah dan kakeknya, yaitu sama-sama anti-Belanda. Bahkan sikap Sultan Hasanudin lebih tegas lagi. Sultan Hasanudin menyerang benteng Belanda.

Menghadapi serangan Sultan Hasanudin, Belanda sangat kewalahan. Armada lautnya kocar kacir Pasukannya banyak yang terbunuh dalam peperangan laut. Melihat keberanian dan kegigihan Sultan Hasanudin demikian, Belanda memberi julukan kepadanya sebagai de Haav van de Osten, artinya ayam jantan dari timur.

Untuk menghadapi perlawanan Hasanudin yang gigih tersebut Belanda menggunakan politik adu domba, devide et impera. Belanda membujuk Raja Bone, Aru Palaka agar menyerang Makassar. Aru Palaka termakan bujuk rayu Belanda tersebut. Ia akhirnya menyerang Makassar dengan bantuan Belanda.

Aru Palaka mau menyerang Makassar karena dendam dan ambisi pribadi. Aru Palaka dan Hasanudin adalah raja yang saling bersaing pengaruh dan berambisi memperluas kekuasaan. Dalam persaingan tersebut Hasanudin lah yang menang. Aru Palaka dijadikan bawahan Hasanudin. Tampaknya Aru Palaka tidak menerima perlakuan Hasanudin terhadap dirinya dan rakyat Bone yang pernah dijadikan pekerja untuk membangun benteng di Makassar.

Kali ini Hasanudin kewalahan menghadapi pasukan gabungan, Bone dan Belanda, tersebut. Pasukan Hasanudin makin terdesak dan akhirnya menyerah. Belanda kemudian memaksa Hasanudin untuk menandatangani perjanjian yang terkenal dengan Perjanjian Bongaya. Isinya antara lain, Makassar tidak boleh berhubungan dengan bangsa asing kecuali Belanda untuk urusan perdagangan dan mengakui kekuasaan VOC di Makassar.

Related Post

Bagikan

Facebook Twitter Google+ Digg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Twitter | Facebook | My Blog
Copyright © 2013. Cowok Feminim - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modif Cowok Feminim
Proudly powered by Blogger