Sabtu, 23 November 2013

Masuknya Islam Di Nusantara


Islam masuk ke Nusantara melalui pedagang Arab, Gujarat, dan China. Sejak abad ke-8 orang Arab sudah berlalu lalang melakukan kegiatan perdagangan ke India dan China. Dalam perjalanannya menuju China seringkali mereka singgah beberapa bulan di Indonesia. Pada abad ke- 15 pedagang Islam dan Gujarat, India Selatan, meramaikan kegiatan ini.

Perlu kita ketahui bahwa pada abad ke-15 Islam sudah menguasai India. Gujarat adalah daerah di India Selatan. Di samping pedagang dan Arab dan Gujarat, pedagang Muslim dan China juga ikut datang di Indonesia. Perlu kita ketahui pula bahwa penduduk China bagian barat telah memeluk Islam sejak abad ke-7.

Dalam melakukan usaha perdagangan menuju China dan sebaliknya tersebut, mereka selalu melewati perairan Malaka. Mereka singgah di pantai timur pulau Sumatra bagian utara. Diperkirakan sejak abad ke 10 pedagang-pedagang Islam sudah ada yang menetap di pusat-pusat perdagangan di kepulauan Indonesia terutama di pulau-pulau di sekitar selat Malaka.

Berdasarkan catatan Ibnu Batutah, musafir asal Maroko, pada abad ke-13 terdapat permukiman orang-orang Islam di Perlak dan Samudra Pasai di timur laut pantai Sumatra. Hal ini menunjukkan bukti bahwa telah terjadi pengislaman secara alamiah pada penduduk Indonesia melalui kegiatan perdagangan.

Proses pengislaman orang-orang Indonesia tersebut tidak dilakukan melalui peperangan atau penaklukan oleh pasukan Islam dan luar Indonesia tapi melalui jalinan perdagangan. Para pedagang Muslim, di samping berdagang juga berdakwah. Di sela-sela transaksi dagang, mereka mengajak kolega-kolega dagangnya untuk memeluk agama Islam. Dengan ajakan yang penuh hikmah dan teladan yang baik, banyak teman dagangnya beserta keluarganya dan orang-orang di sekitarnya mau memeluk agama Islam secara suka cita dan suka rela.

Secara umum proses pengislaman bangsa Indonesia dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut:


1. Melalui ajakan. Para pedagang yang singgah beberapa bulan di daerah-daerah pantai kepulauan Indonesia mengajak teman-teman dagangnya untuk mengenal, memahami, dan memeluk agama Islam. Melalui kegiatan ini banyak penduduk yang tertarik dengan agama baru ini lalu menjadi pemeluk Islam yang taat.
2. Melalui perkawinan. Para pedagang dari Arab, Gujarat, dan China tak jarang menikahi perempuan-perempuan Indonesia. Dengan pernikahan ini maka terbentuklah keluarga-keluarga Muslim yang kemudian menurunkan keluarga-keluarga Muslim pula secara bergenerasi. Dalam perkembangan berikutnya mereka membentuk masyarakat Muslim yang makin besar.

3. Melalui pendirian lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren, meunasah, surau, dan lain-lain. Ada sebagian pedagang yang melakukan dakwah Islam dengan cara mendirikan lembaga pendidikan. Dalam lembaga pendidikan ini mereka mendidik anak anak untuk dijadikan pribadi-pribadi Muslim yang tangguh dan kader-kader juru dakwah yang handal di kemudian han.

4. Melalui kegiatan budaya. Para pedagang mengganti isi budaya lokal dengan jiwa tauhid tanpa mengubah bentuk luarnya. Misal, upacara pemberian sesaji untuk roh leluhur atau halus diubah menjadi pemanjatan doa untuk keluarga yang sudah meninggal dunia, pembacaan mantera-mantera untuk mengusir roh jahat diubah dengan bacaan-bacaan Al-Qur’an, dan lain-lain.
Di samping itu, para pedagang juga mengembangkan seni budaya yang mengandung ajaran tauhid tapi dikemas dengan seni buĂ°aya lokal. Misalnya, pantun dan syair, musik Melayu, lagu-lagu Jawa, dan lain-lain yang semula bernapaskan Hindu atau Buddha digubah menjadi bernapaskan tauhid.

5. Melalui pendirian kesultanan Islam oleh penduduk asli. Dengan makin banyaknya penduduk asli yang memeluk Islam maka terbentuklah masyarakat Muslim dan kalangan penduduk asli tersebut. Masyarakat Muslim yang telah terbentuk ini lalu mendirikan sistem pemerintahan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meraih cita-citanya. Maka berdirilah kesultanan-kesultanan Islam. Kesultanan-kesultanan Islam ini lalu menyebarkan Islam kepada seluruh rakyatnya.

Masuknya Islam di Indonesia dipercepat dengan berdirinya kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia. Mula-mula berdiri kesultanan Islam di pulau Sumatra yaitu di Samudra Pasai dan Aceh. Kemudian berdiri kesultanan Islam di pulau Jawa yaitu di Demak, Pajang, Mataram, Banten, dan Cirebon. Kesultanan Islam juga berdiri di pulau Sulawesi seperti di Goa, Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Lawu. Di Kepulauan Maluku juga berdiri kesultanan Islam seperti di Ternate dan Tidore. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas atas peran masing-masing kesultanan Islam tersebut dalam menyebarkan Islam di Nusantara ikutilah link-link yang tersedia di bawah ini;

Related Post

Bagikan

Facebook Twitter Google+ Digg

7 komentar:

  1. belajar sejarah lagi nih di sini, hehe
    makasih sob buat sharenya :)

    BalasHapus
  2. lewat pedagang gujarat, lewat jalur pelabuhan

    BalasHapus
  3. sepertinya kita memang harus berterimakasih sekali sama pedagang ya mas.. karena telah mengenallkan kita dengan agama yang luarbiasa terang amin...

    BalasHapus
  4. gk ada yg lewat udara ya hehe.., mgkn cz jaman itu blom ada pesawat *smile

    BalasHapus
  5. kalau tidak ada Gujarat dan pedagang muslim yg datang ke Indonesia,mungkin Islam tidak sebesar sekarang kali yah....atau bahkan tidak ada Islam di Indonesia,,,wallohu'alamu,,,,,,,,

    BalasHapus
  6. kalau begitu sebenarnya sejarah kesultanan ini sangat memberi manfaat dan kita bisa mengenal agama islam khususnya utk bangsa indonesia

    BalasHapus
  7. Jd inget sama pelajaran di sekolah dulu :)
    Thx ya om

    BalasHapus

 
Support : Twitter | Facebook | My Blog
Copyright © 2013. Cowok Feminim - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modif Cowok Feminim
Proudly powered by Blogger