Islam
masuk ke Nusantara melalui pedagang Arab, Gujarat, dan
China.
Sejak abad ke-8 orang Arab sudah berlalu lalang melakukan
kegiatan
perdagangan ke India dan China. Dalam perjalanannya menuju
China
seringkali mereka singgah beberapa bulan di Indonesia. Pada
abad
ke- 15 pedagang Islam dan Gujarat, India Selatan, meramaikan
kegiatan
ini.
Perlu
kita
ketahui bahwa pada abad ke-15 Islam sudah
menguasai
India. Gujarat adalah daerah di India Selatan. Di samping
pedagang
dan Arab dan Gujarat, pedagang Muslim dan China juga
ikut
datang di Indonesia. Perlu kita
ketahui pula bahwa penduduk
China
bagian barat telah memeluk Islam sejak abad ke-7.
Dalam
melakukan usaha perdagangan menuju China dan sebaliknya
tersebut,
mereka selalu melewati perairan Malaka. Mereka singgah di
pantai
timur pulau Sumatra bagian utara. Diperkirakan sejak abad ke
10
pedagang-pedagang Islam sudah ada yang
menetap
di pusat-pusat
perdagangan
di kepulauan Indonesia terutama di pulau-pulau di sekitar
selat
Malaka.
Berdasarkan
catatan Ibnu Batutah, musafir asal
Maroko,
pada
abad ke-13 terdapat permukiman
orang-orang Islam di Perlak dan
Samudra
Pasai di timur laut
pantai
Sumatra.
Hal ini menunjukkan bukti
bahwa
telah terjadi pengislaman
secara alamiah pada penduduk Indonesia melalui kegiatan perdagangan.
Proses
pengislaman orang-orang Indonesia tersebut tidak dilakukan
melalui
peperangan
atau
penaklukan
oleh pasukan Islam dan luar
Indonesia
tapi melalui jalinan perdagangan. Para pedagang Muslim, di
samping
berdagang juga berdakwah. Di sela-sela transaksi dagang,
mereka
mengajak kolega-kolega dagangnya untuk memeluk agama Islam. Dengan
ajakan yang penuh hikmah dan teladan yang baik, banyak
teman
dagangnya beserta keluarganya dan orang-orang di sekitarnya
mau
memeluk agama Islam secara suka cita dan suka rela.
Secara umum proses pengislaman bangsa Indonesia dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut:
1.
Melalui
ajakan.
Para pedagang yang singgah beberapa bulan di
daerah-daerah
pantai kepulauan Indonesia mengajak teman-teman
dagangnya
untuk mengenal, memahami, dan memeluk agama Islam. Melalui kegiatan
ini banyak penduduk yang tertarik dengan
agama
baru ini lalu menjadi pemeluk Islam yang taat.
2.
Melalui
perkawinan.
Para pedagang dari
Arab, Gujarat, dan China
tak
jarang
menikahi
perempuan-perempuan Indonesia.
Dengan
pernikahan ini maka terbentuklah keluarga-keluarga Muslim yang
kemudian menurunkan keluarga-keluarga Muslim pula
secara
bergenerasi. Dalam perkembangan berikutnya mereka
membentuk
masyarakat Muslim yang makin besar.
3.
Melalui pendirian lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren,
meunasah, surau, dan lain-lain. Ada sebagian pedagang yang melakukan
dakwah Islam dengan cara mendirikan lembaga pendidikan. Dalam lembaga
pendidikan ini mereka mendidik anak anak untuk dijadikan
pribadi-pribadi Muslim yang tangguh dan kader-kader juru dakwah yang
handal di kemudian han.
4.
Melalui kegiatan budaya. Para pedagang mengganti isi budaya lokal
dengan jiwa tauhid tanpa mengubah bentuk luarnya. Misal, upacara
pemberian sesaji untuk roh leluhur atau halus diubah menjadi
pemanjatan doa untuk keluarga yang sudah meninggal dunia, pembacaan
mantera-mantera untuk mengusir roh jahat diubah dengan bacaan-bacaan
Al-Qur’an, dan lain-lain.
Di
samping itu, para pedagang juga mengembangkan seni budaya yang
mengandung ajaran tauhid tapi dikemas dengan seni buĂ°aya lokal.
Misalnya, pantun dan syair, musik Melayu, lagu-lagu Jawa, dan
lain-lain yang semula bernapaskan Hindu atau Buddha digubah menjadi
bernapaskan tauhid.
5.
Melalui pendirian kesultanan Islam oleh penduduk asli. Dengan makin
banyaknya penduduk asli yang memeluk Islam maka terbentuklah
masyarakat Muslim dan kalangan penduduk asli tersebut. Masyarakat
Muslim yang telah terbentuk ini lalu mendirikan sistem pemerintahan
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meraih cita-citanya.
Maka berdirilah kesultanan-kesultanan Islam. Kesultanan-kesultanan
Islam ini lalu menyebarkan Islam kepada seluruh rakyatnya.
Masuknya
Islam di Indonesia dipercepat dengan berdirinya kesultanan-kesultanan
Islam di Indonesia. Mula-mula berdiri kesultanan Islam di pulau
Sumatra yaitu di Samudra Pasai dan Aceh. Kemudian berdiri kesultanan
Islam di pulau Jawa yaitu di Demak, Pajang, Mataram, Banten, dan
Cirebon. Kesultanan Islam juga berdiri di pulau Sulawesi seperti di
Goa, Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Lawu. Di Kepulauan Maluku juga
berdiri kesultanan Islam seperti di Ternate dan Tidore. Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas atas peran masing-masing
kesultanan Islam tersebut dalam menyebarkan Islam di Nusantara
ikutilah link-link yang tersedia di bawah ini;
belajar sejarah lagi nih di sini, hehe
BalasHapusmakasih sob buat sharenya :)
lewat pedagang gujarat, lewat jalur pelabuhan
BalasHapussepertinya kita memang harus berterimakasih sekali sama pedagang ya mas.. karena telah mengenallkan kita dengan agama yang luarbiasa terang amin...
BalasHapusgk ada yg lewat udara ya hehe.., mgkn cz jaman itu blom ada pesawat *smile
BalasHapuskalau tidak ada Gujarat dan pedagang muslim yg datang ke Indonesia,mungkin Islam tidak sebesar sekarang kali yah....atau bahkan tidak ada Islam di Indonesia,,,wallohu'alamu,,,,,,,,
BalasHapuskalau begitu sebenarnya sejarah kesultanan ini sangat memberi manfaat dan kita bisa mengenal agama islam khususnya utk bangsa indonesia
BalasHapusJd inget sama pelajaran di sekolah dulu :)
BalasHapusThx ya om